Thursday, April 30, 2015

Peri Biru


Bermula saat aku menjadi peri biru terbang dan menghempas tiap pohon yang ada. Terbang semakin tinggi hingga mampu melihat alam bawah ku dengan langkah kecil berderap.Pohon-pohon rindang bertingkat di pinggiran bukit itu, rumah kayu dengan sedikit temeram cahaya kecil, jalan yang berliku di pinggiran jurang mampu ku lihat. Serempak oleh suara tetesan embun sejati di tiap pucuk ranting yang berada di sekeliling ku. Sebilah belati ada di tangan ku sebagai bekal perjalanan yang berliku dan masih tertutup oleh ranting-ranting. Pandangan ku terhalang tapi masih jelas untuk menerka di banyak celah yang berada di depan. Penyihir berjubah hitam berwajah setengah iblis membuntuti ku dengan sapu terbangnya yang usang tak terawat. Dia tersenyum jahat menyiratkan sesuatu yang mengancamku. Aku terus menghindar, semakin ku kayuh tangan dan ku dorong badan ku membelah angin. Tepat di tiap tikungan tajam serasa adrenalin ku semakin terpicu untuk menambah kecepatan. Ku todongkan sebilah belati ke arahnya namun dia mampu menghindar. Aku terus melesat hingga sampai pada tingginya awan.

Menuju tanah lapang aku mendarat tepat di depan kerumunan orang yang merayakan pesta. Terlihat kereta kuda yang berhenti di depan rumah besar bak istana kerajaan. Nafas masih tak beraturan jantungku pun berdebar, pandanganku memburu siap sudut ruangan dalam rumah yang berkaca tinggi. Pintu yang terbuat dari besi itu terbuka lebar seolah mempersilakan ku tuk masuk. Aku melihat beberapa wajah yang tak asing bagi ku di antara riuhnya orang yang bergerombol menikmati pesta. Segera ku memasuki ruangan, melihat banyak meja yang dihiasi aneka makanan dan minuman. Tak terasasa sudah di ujung ruangan itu terpentok tembok. Suara samar samar memanggil menandakan waktunya aku untuk berjabat tangan dengan Raja dan Ratu di sana. Aku mengelak lalu kembali lagi di antara meja meja penuh makanan. Tak lama kemudian ada seseorang menghampiri ku. Sesosok bertubuh kecil bertopi lonceng dan bersepatu ala timur  memegang longkat kecil dan beberapa mainan. Dia menyapa ku dengan wajah tersenyum riang. Pertama dia memberiku  senjata berupa pedang anggar, namun tak dapat ku gunakan. Kemudian Ia memberi ku bola karet berserabut akar namun akupun tak dapat menggunakannya dengan baik. Terakhir Ia memberiku tongkat tak terlalu panjang dan tak terlalu pendek. Sepertinya mudah untuk menggunakan tongkat itu.
Tapi lelaki bertubuh kecil dan bertopi lonceng ini memberi ku mantra untuk menggunakan tongkat ini.


"I can make you fun because I'm funny, and I can make you fat because I'm hungry"
Aku tak sabar keluar dari gedung yang megah itu, lalu aku berlari menuju pintu dan ku lihat tanah lapang tepat di halaman area gedung megah ini di penuhi prajurit dan orang-orang yang sedang berbaris untuk melakukan upacara. Di iringi kereta kuda dan barisan pemain musik tiup upacara penyambutan dimulai. Aku berlari sambil melompat tinggi lalu ku kayuh tangan dan kaki ku ke atas hingga badan ku mulai naik di udara. Melihat keramaian dengan kedamaian saat terbang rasanya tenang. Namun tak beberapa lama kemudian penyihir berpakaian hitam lusuh dan sapu terbangnya datang dan menyihir semua orang semaunya menjadi beku tak bergerak. Aku terus terbang mengelilingi halaman itu dengan perasaan takut dan terancam.
                                                           .......................................
                                                                  (to be continue)

No comments:

Post a Comment