Wednesday, April 29, 2015

Badai Feromon

Energy yang lama tak kurasakan sesekali muncul dan menghilang lagi. Dari sudut galaksi yang terpentok alunan cahaya dari sorot yang jauh. Dulu kusimpan dalam diam, menariknya dan kugenggam erat hingga tak satupun yang dapat kulepas. Dia adalah naga yang memuntahkan apinya tepat di ubun ubun ku dan magmanya mengendap dalam otak yang leleh. Selalu ku ambil dan ku ambil lagi, dari sudut kejauhan yang memancarkan warna panas menyala, setelah energy yang dia keluarkan dari mulutnya lalu kuambil bola merah dari dalam jantungnya yang harus ku simpan dan tetap ku simpan lagi. Ku keluarkan udara biru yang menyatu dalam bara panas yang merah menyala, bersatu dalam kisah satu waktu dan dimensi satu frekuensi yang memiliki gelombang fantasi. Melebur menjadi satu dalam perang dan bertempur dalam warna, gelap membagi sendu luas dalam keadaan sesak, mulai menyalakan semburan api yang jatuh tepat di atas lilin lilin kecil yang menerangi sebagian sudut ruang hampa. Kembali menari di atas landasan usang yang membagi kisah.

Dinding bergerak dan bercerita kepada ku menerangkan perjalanan ruang waktu dalam geliat menggeliat berjalan mengalun dengan aroma akar wangi feromon sebagai senjata perang saat ini dan usai hingga fajar tiba.
Sang naga menjatuhkan bola apinya lagi yang ku tangkap dan tak akan ku lepas hingga seluruh tubuh ku terbakar. Insting yang berlari kesana kemari membabi buta tak tau kemana dia harus mencari ujung jalan yang akan dia tempuh. Memberi ikatan dengan benang tipis di ujung jari dan sangat erat ku ikat hingga darahnya mencuat keluar dari dalam jaringan. Naga yang haus dan lapar keluar menggeliat terbang meninggalkan sisa pertempuran dan virus dalam ingatan menjangkit nadi nadi yang membuat otak ini semakin akan meledak. Ledakan yang tertunda akan meledak dalam rotasi waktu yang akan datang.


“Karena semua rencana di atur dalam diam dan energi yang menyatu dengan raga akan kembali lagi. Lalu pertempuran selanjutnya datang karena ini semua belum berakhir saat sang jingga meninggalkan singgasana nya dan kembali lagi dalam lingkaran semesta.”

No comments:

Post a Comment